Tetap Relevan Tantangan Dakwah Menurut Natsir

Oleh M. Anwar Djaelani,
Ketua Bidang Pemikiran Islam Dewan Da’wah Jatim

Dr. Mohammad Natsir (1908-1993) seorang ulama dan pemikir. Di antara refleksinya, ada yang terus aktual hingga kini. Kata sang Pemimpin Umat itu, di antara banyak tantangan dakwah, ada tiga yang utama. Apa sajakah?

 Di buku ”Pesan Perjuangan Seorang Bapak: Percakapan Antargenerasi”, Natsir menyebutkan ada tiga tantangan dakwah eksternal yang dihadapi umat Islam Indonesia: yaitu gerakan pemurtadan, gerakan sekularisasi, dan gerakan nativisasi (A.W. Pratiknya, 2019: 79-85). 

Waspada Tiga

Pertama, gerakan pemurtadan. Pada umumnya, pemurtadan dilakukan orang-orang yang tidak senang terhadap kemajuan Islam. Kemudian, mereka mempengaruhi umat Islam dengan sesuatu yang menyimpang. Gerakan ini, umumnya, dilakukan kepada umat Islam yang memiliki problema di aspek ekononomi.

Belakangan, gerakan pemurtadan bisa dengan modus yang sekilas “terasa ilmiah” bagi sebagian. Perhatikan apa yang disampikan pakar kristologi yang juga dosen Fakultas Ilmu Budaya Unair, Menachem Ali. Pada sebuah kesempatan dia mengupas topik “Mewaspadai Serangan Kristenisasi Zaman Now”

Kata dia, materi yang disampaikan untuk menggoyahkan iman umat Islam adalah dengan memakai Al-Qur’an dan hadits tapi dengan logika dijungkir-balik. Runyamnya, sebagian besar dari kita tidak mampu menjawab, lalu murtad.

Menachem Ali mencontohkan, bagaimana cara memurtadkan umat Islam dengan memakai ayat Al-Qur’an dan hadits dengan logika dibalik-balik. Misalnya, mereka mengatakan, nama Ahmad dan Muhammad dalam Al-Qur’an hanya disebut lima kali. Adapun nama Isa disebut 25 kali. Kemudian mereka simpulkan, Nabi Isa lebih mulia dibandingkan Nabi Muhammad karena disebut lebih banyak. Padahal, kesimpulan yang seperti ini sangat mudah dipatahkan (https://pwmu.co 11/03/2018).

Kedua, gerakan sekularisasi. Sekularisasi adalah hal-hal yang membawa ke arah kehidupan yang tidak didasarkan pada ajaran agama (https://kbbi.web.id akses 24/03/2022). Gerakan ini umumnya dilakukan melalui gerakan pemikiran.

Sekularisasi adalah gerakan pembawa sekularisme. Berhati-hatilah, sebab “Sekularisme berusaha menjauhkan syariat dari berbagai aspek kehidupan umat Islam,” kata Dr. Adian Husaini. Bahkan, lebih lugas lagi, sekularisme “Menghilangkan nilai agama dari tubuh umat Islam,” kata sang Ketua Umum Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (www.adianhusaini.id 05/01/2018).

Ketiga, gerakan nativisasi. Bahwa, nativisasi adalah usaha mengecilkan Islam dengan cara mengagung-agungkan kejayaan zaman pra-Islam. Tujuannya agar umat Islam tidak memiliki kebanggaan terhadap keagungan sejarah Islam.

Nativisasi atau gerakan nativisme harus kita cermati. Nativisme, kata Natsir, adalah barang “lama” atau ada “akar tradisional”-nya. Suatu kebudayaan yang, lanjut Natsir, ada sejak dahulu karena intinya ialah bagaimana menghidup-hidupkan kebudayaan lama.

Nativisme atau kebatinan, tegas Natsir, ialah paham yang menjadikan manusia cenderung untuk percaya pada kepercayaan nenek moyang, pada “alam” (A.W. Pratiknya, 2019: 84).

Baca dan Bacalah!

Mari cermati sekitar kita! Perhatikan, pada Senin 14/03/2022 Presiden Joko Widodo melaksanakan ritual mengumpulkan tanah dan air dari 34 provinsi se-Indonesia di titik 0 kilometer Ibu Kota Nusantara (IKN), Kalimantan Timur.

Seluruh gubernur diminta membawa 1 liter air dan 2 kg tanah dari daerah masing-masing. Di kaitan ini, ada gubernur membawa air yang konon bisa membuat muda. Lalu, semua air dan tanah disatukan dalam Kendi Nusantara. Hal ini, disebut-sebut sebagai simbolisisasi persatuan atau persaudaraan seluruh wilayah Indonesia.

Bagaimana pandangan ulama? “Saya tidak setuju dengan ritual tersebut. Dalam ritual seperti itu terkandung keyakinan yang tak bersesuaian dengan aqidah tauhid,” kata Buya Gusrizal Gazahar – Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatera Barat (www.hidayatullah.com ). Dia mengatakan, ritual seperti itu tidak memiliki landasan keyakinan dari Islam.

Hal lain, lihat fenomena Pawang Hujan di acara-acara masyarakat. Misal, acara MotoGP Indonesia 2022 di Sirkuit Mandalika, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Kala itu, panitia penyelenggara mengerahkan “pawang” hujan lengkap dengan sesajen yang dibawanya. Namun, Sirkuit Mandalika tetap diguyur hujan lebat bahkan disertai sambaran petir (www.hidayatullah.com 20/03/2022).

Bangun dan Bergeraklah!

Mari sejenak menunduk. Bacaan atas situasi di sekitar membuat kita prihatin. Apa yang disampaikan Dr. Mohammmad Natsir pada sekitar 1986-1987 tentang tiga tantangan dakwah yang paling dominan masih terasa relevansinya sekarang ini.

  Setelah menunduk, mari tegakkan sikap kita. Nyalakan semangat di masing-masing kita untuk senantiasa bisa mengamalkan QS Ali ‘Imraan [3]: 110 ini, _“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah”_. Allahu Akabar! []

Editor: Sudono Syueb

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *