Oleh: Dr. Adian Husaini
Ketua Umum DDII
Dewandakwahjatim.com, Semarang - Dalam acara kajian wali santri Pesanren at-Taqwa, Senin (28/2/2022), saya menyampaikan materi berjudul: “Lima Kunci Sukses Pendidikan Anak”. Lima kunci itu adalah: (1) niat ikhlas, (2) worldview yang benar (3) konsep ilmu dalam Islam (4) sejarah (5) komunikasi.
Niat ikhlas menjadi kunci utama kesuksesan pendidikan. Yang dimaksud sukses, bukan hanya sukses berkarir dan mendapatkan kedudukan terhormat di dunia. Tapi, sukses adalah meraih kebahagiaan dunia akhirat (fid-dunya hasanah wafil-akhirati hasanah). Niat utama mencari ilmu adalah untuk meraih ilmu yang bermanfaat agar menjadi orang baik. Yakni, orang yang bermanfaat bagi sesama.
Sungguh luar biasa makna sabda Nabi Muhammad saw, bahwa manusia terbaik adalah manusia yang paling berguna bagi sesama. Itu sangat mendalam maknanya. Bisa jadi seorang banyak harta, punya kuasa, dan ilmu yang sangat luas. Tetapi, apa gunanya, jika semua itu tidak berguna bagi sesama manusia. Apalagi, jika sebaliknya, semua yang dimilikinya menjadi bencana bagi masyarakat. Karena itu, untuk meraih sukses kehidupan dunia akhirat, lima hal itu perlu diperhatikan dalam proses pendidikan. Yang pertama adalah niat ikhlas.
Salah niat dalam mencari ilmu, begitu fatal akibatnya. Kata Rasulullah saw: “Barangsiapa mencari ilmu yang seharusnya untuk meraih keridhaan Allah, namun ia tidak mencarinya kecuali untuk mendapat keuntungan duniawi, maka pada hari kiamat ia tidak akan mencium bau surga.”(HR. Ibnu Majah, Abu Daud dan Ahmad).
Worldview (pandangan alam) yang benar akan memandu seseorang untuk memiliki cara pandang, sikap dan perilaku yang benar. Pendidikan harus sangat serius untuk memberikan pemahaman yang benar terhadap hal-hal pokok dalam kehidupan. Seorang anak harus memiliki pemahaman yang kokoh tentang siapa dirinya, untuk apa ia hidup di dunia ini, mau kemana setelah ia mati; bahwa akhirat itu adalah kehidupan yang abadi dan bahwa dunia ini jangan dijadikan tujuan; dan sebagainya.
Seorang yang memiliki pemahaman yang kuat tentang kehidupan akhirat, ia tidak akan mencintai dunia secara berlebihan. Ia tidak akan bersikap bakhil, tidak mau menzalimi orang lain, dan sebagainya. Karena itu, pendidikan aqidah dan pemikiran Islam harus mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh, sehingga dapat membentuk worldview yang benar dalam diri seseorang.
Hal ketiga yang merupakan faktor penting dalam mengantarkan kesuksesan dalam pendidikan adalah pemahaman terhadap konsep ilmu dalam Islam secara komprehensif. Rasulullah saw memerintahkan kita semua agar mencari ilmu sepanjang hayat. Ilmu itu wajib dicari, wajib diburu. Bukan kita menunggu saja datangnya ilmu.
Karena itulah, para pelajar, santri, atau mahasiswa harus memiliki pemahaman yang benar tentang ilmu, sebagaimana yang seharusnya dalam Islam. Misalnya, ilmu itu ada derajatnya masing-masing. Tidaklah semua ilmu itu memiliki derajat yang sama. Ada yang fardhu ain dan ada ilmu yang fardhu kifayah. Begitu juga wajib memahami tentang epistemologi atau sumber-sumber ilmu, sehingga bisa menempatkan berbagai jenis ilmu secara proporsional
Seorang anak wajib tahu adab-adab dalam mencari ilmu, agar ia dapat meraih ilmu yang bermanfaat. Misalnya, ia harus ikhlas dan harus beradab dalam mencari ilmu. Jadi, sudah sewajarnya, jika pemahaman terhadap ilmu ini merupakan kunci sukses pendidikan seseorang.
Hal keempat yang sangat penting untuk mengantarkan pada kesuksesan pendidikan adalah pemahaman yang benar dan proporsional tentang sejarah. Sejarah ini begitu penting kedudukannya dalam Islam, sehingga menurut Buya Hamka dalam Tafsir al-Azhar, para orientalis dan misionaris, merusak pemikiran umat Islam juga dengan merumuskan dan mengajarkan sejarah yang salah kepada anak-anak muslim.
Dalam pengajaran sejarah yangs alah, peranan Islam dikecilkan dalam sejarah perjalanan bangsa. Sebaliknya, diangkat dan diajarkanlah keagungan zaman pra-Islam. Bahkan, pada sebagian buku sejarah, kedatangan Islam dianggap sebagai kekuatan yang menghancurkan persatuan Indonesia.
Tujuan memahami sejarah dengan benar antara lain, agar para pelajar, santri, dan mahasiswa memahami, bahwa mereka adalah pelanjut-pelanjut perjuangan para nabi dan para ulama. Juga, agar mereka memiliki kebanggaan (izzah) sebagai seorang muslim yang memiliki khazanah kekayaan sejarah yang gemilang. Jika seseorang salah dalam mempelajari sejarah, bisa jadi, ia akan memiliki mental rendah diri ketika berhadapan dengan peradaban lain.
Karena itulah, dalam berbagai kesempatan, saya mengingatkan kita semua para pelaku pendidikan, agar sangat serius dalam memberikan pengajaran sejarah kepada para pelajar, santri, atau mahasiswa. Jangan sampai pelajaran sejarah diberikan sekedar memenuhi tuntutan kurikulum formal, tetapi materi dan gurunya tidak disiapkan dengan sebaik-baiknya.
Hal kelima yang perlu diperhatikan oleh para pelaku pendidikan adalah ketrampilan komunikasi, lisan dan tulisan. Sesuai amanah QS Luqman ayat 17, para pelajar, santri, dan mahasiswa itu harus disiapkan menjadi para pejuang yang punya komitmen tinggi untuk melaksanakan da’wah ilallah atau melakukan amar ma’ruf nahi munkar.
Dalam menjalankan tugas perjuangan inilah diperlukan ketrampilan komunikasi yang baik. Para pelajar, santri, dan mahasiswa, harus diberi pelatihan yang memadai agar mereka memiliki kemampuan menulis dan public speaking yang baik. Alhamdulillah, saat ini tampak banyak lembaga pendidikan Islam yang memberikan perhatian besar terhadap pendidikan ketrampilan menulis.
InsyaAllah, dengan pertolongan Allah, jika kelima hal tersebut disiapkan dengan baik, maka pendidikan akan melahirkan manusia-manusia yang baik; manusia yang berguna bagi sesama; manusia yang memiliki pemikiran, sikap dan perilaku yang benar. Wallahu A’lam bish-shawab. (Semarang, 5 Maret 2022).
Editor: Sudono Syueb/Humas DDII Jatim