Tiga calon penghuni surga, Lima calon penghuni neraka
Oleh: Ust. Hidayatullah
Pengurus DDII Jatim Bidang Iganisasi
Dewandakwahjatim.com, Surabaya –
عن عياض بن حمار المجاشعي رضي الله عنه عن النبي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قال : وَأَهْلُ الْجَنَّةِ ثَلَاثَةٌ ذُو سُلْطَانٍ مُقْسِطٌ مُتَصَدِّقٌ مُوَفَّقٌ وَرَجُلٌ رَحِيمٌ رَقِيقُ الْقَلْبِ لِكُلِّ ذِي قُرْبَى وَمُسْلِمٍ وَعَفِيفٌ مُتَعَفِّفٌ ذُو عِيَالٍ .قالَ: وَأَهْلُ النَّارِ خَمْسَةٌ: الضَّعِيفُ الذي لا زَبْرَ له، الَّذِينَ هُمْ فِيكُمْ تَبَعًا لا يَبْتَغُونَ أَهْلًا وَلَا مَالًا، وَالْخَائِنُ الذي لا يَخْفَى له طَمَعٌ، وإنْ دَقَّ إلَّا خَانَهُ، وَرَجُلٌ لا يُصْبِحُ وَلَا يُمْسِي إلَّا وَهو يُخَادِعُكَ عن أَهْلِكَ وَمَالِكَ وَذَكَرَ البُخْلَ أَوِ الكَذِبَ وَالشِّنْظِيرُ الفَحَّاشُ.
Dari ‘Iyadh bin Himar Radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Ahli surga itu tiga golongan, yaitu 1). Orang yang memiliki kekuasaan yang adil dan disetujui rakyatnya, 2). Pria yang lemah lembut hatinya terhadap kerabat dan Muslim, 3). Dan orang miskin yang menjaga kehormatan keluarganya.” Beliau bersabda, “Adapun penghuni neraka itu ada lima macam: 1). Orang lemah yang tidak memiliki akal [yang bisa dipergunakan untuk menahan diri dari hal yang tidak pantas]; mereka itu adalah orang yang hanya menjadi pengikut di antara kalian; 2). [Orang yang] tidak berkeinginan untuk memiliki keluarga maupun mencari harta; 3). Pengkhianat yang memperlihatkan sifat rakusnya, sekalipun dalam hal yang samar; 4). Seorang lelaki yang pagi dan petang selalu memperdaya kamu dari keluarga dan hartamu. Lalu, beliau menyebutkan sifat bakhil dan sifat dusta; dan 5).Orang yang akhlaknya buruk.” (HR Muslim).
Surga dan Neraka
Surga dan neraka merupakan tempat balasan bagi setiap umat manusia. Surga sebagai tempat balasan bagi setiap mukmin yang taat kepada Allah dan RasulNya serta berakhlaq karimah, sebagai tempat yang membahagiakan selalu bagi penghuninya. Dan neraka sebagai tempat balasan bagi orang-orang kafir dan kaum munafiq termasuk orang-orang musyrik yang selalu durhaka kepada Allah dalam kehidupannya, sebagai tempat yang menyakitkan bagi penghuninya.
Sebagaimana dalam hadits di atas, Rasulullah yang mendapatkan perintah dari Allah untuk menyampaikan kebaikan yang dapat mengantarkan setiap hamba untuk masuk surga, juga tentang keburukan yang menyebabkan seseorang masuk ke dalam neraka.
Hadits di atas memiliki redaksi yang panjang berkenaan dengan khutbah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pada suatu kesempatan.
Tiga ciri penghuni Surga
Ada tiga ciri calon penghuni surga sebagai dijelaskan di dalam hadits di atas yaitu, pertama: Orang yang memiliki kekuasaan yang adil dan disetujui rakyatnya. Pemimpin memiliki tanggung jawab yang besar dunia akhirat, maka bagi orang-orang tertentu yang memahami akan tanggung jawab yang besar ini dapat dipastkan ia akan menolaknya.
Ketika karena terpaksa ia menerimanya pastilah akan dijalankan dengan sebaik-baiknya dan penuh amanah. Ia akan selalu berusaha menciptakan suasana yang menentramkan dan membahagiakan bagi yang dipimpinnya. Suara rakyat berusaha didengarnya untuk kemudian disikapi dengan penuh kebijaksanaan. Dengan demikian jadilah ia pemimpin yang akan dicintai oleh rakyatnya. Bukan cinta yang dipaksakan tetapi lahir dari sanubari rakyat yang dipimpinnya. Pembelaan rakyat kepada pemimpin demikian lahir dengan ketulusan mereka. Itulah kepemimpinan yang diteladankan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Pemimpin demikian yang menjadi ciri pertama calon penghuni surga.
Kedua, Pria yang lemah lembut hatinya terhadap kerabat dan Muslim. Seorang lelaki yang memiliki kekuasaan tetapi hatinya lembut kepada keluarganya secara khusus maupun kepada sesama muslim secara umum. Kelembutan merupakan sesuatu yang pasti dapat diterima oleh semua orang, karena kelembutan menunjukka sifat mulia yang menentramkan hati semuanya tanpa kecuali.
Seorang mukmin yang ditempa dengan ibadahnya tentu akan terus menjadikan hatinya semakin lembut dan memiliki kasih sayang kepada sesamanya. Kebahagian dirinya diletakkan pada ketika ia melihat orang lain bahagia. Sehingga orang mukmin demikian tidak bersifat egois, akan tetapi lebih mementingkan kepentingan yang lebih besar dari dirinya atau kepentingan orang lain yang lebih membutuhkan dari dirinya. Aktifitasnya dirinya tidak dalam rangka sum’ah atau mencari ketenaran diri, tetapi berlandaskan ketulusan untuk mengabdi.
Ketiga, Dan orang miskin yang menjaga kehormatan keluarganya. Ciri ketiga ini memberikan penekanan kepada kaum lemah untuk tetap sabar dan istikomah dalam mentaati kebenaran. Kaya dan miskin bukanlah factor kehebatan manusia, akan tetapi semua itu adalah anugrah yang Allah berikan kepada setiap hamba, dan di dalam keadaan kaya dan miskin itu ada tanggung jawabnya masing-masing.
Seorang yang dalam kondisi miskin sebagaimana hadits di atas, ia haruslah tetap menjaga kehormatan keluarganya dari hal-hal yang dilarang agama, termasuk jika ada desakan dari anggota keluarganya. Dengan sikap demikian menjadikan ia mudah menjadi penghuni surga. Sehingga tetaplah bersyukur atas apa yang diterimanya, bukankah kehidupan di dunia ini hanya sebentar saja?
Lima ciri penghuni neraka
Di samping dijelaskan ciri calon penguin surga, hadits di atas memberikan lima ciri calon penghuni nereka yaitu:
pertama: Orang lemah yang tidak memiliki akal [yang bisa dipergunakan untuk menahan diri dari hal yang tidak pantas]; mereka itu adalah orang yang hanya menjadi pengikut di antara kalian. Mereka adalah orang-orang yang tidak memiliki prinsip dalam hidupnya, selalu berusaha mempertahankan apa yang ada padanya termasuk menjadi pengikut yang setia tanpa pemahaman dengan benar. Demikianlah yang diajarkan oleh pemimpin mereka, dengan argumentasi pokoknya saja sudah cukup. Padahal tugas kita adalah memahami agama ini dengan benar sesuai pemahaman nabi dan para sahabat mulia beliau.
Kedua, [Orang yang] tidak berkeinginan untuk memiliki keluarga maupun mencari harta. Orang demikian adalah orang-orang yang berputus asa dengan rahmat Allah. Merasa dirinya lemah sehingga tidak ada upaya untuk tumbuh dan lebih maju. Hal ini pula yang menjadikan ia malas termasuk dalam berbadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Ketiga, Pengkhianat yang memperlihatkan sifat rakusnya, sekalipun dalam hal yang samar. Pengkhianat adalah orang yang egois, kepentingan dirinya harus lebih di dahulukan dan diutamakan dari siapapun. Tidak peduli dengan keadaan orang lain, yang penting dirinya merasa bahagia dengan apa yang dilakukannya. Pengkhianat selalu mencari peluang untuk memperturutkan sifat rakusnya, sehingga tidak peduli sekalipun merugikan orang lain.
Keempat, Seorang lelaki yang pagi dan petang selalu memperdaya kamu dari keluarga dan hartamu. Lalu, beliau menyebutkan sifat bakhil dan sifat dusta. Orang-orang yang dalam kehidupannya selalu berusaha memperdaya orang lain demi kepentingannya pribadinya. Berbagai upaya dilakukannya demi ambisi dan kepentingan duniawinya yang tidak akan pernah puas.
Kelima, Orang yang akhlaknya buruk. Orang demikian gemar melakukan kegiatan yang fahsya’ yakni keburukan baik berupa tindakan maupun lisannya.
Hadits di atas memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi kita, agar selalu berusaha memperbaiki diri dan menghiasi diri dengan aklak yang mulia, jauh dari sifat merasa lebih mulia, lebih hebat, lebih berilmu, lebih pantas, lebih pakar dan seterusnya. Karena semua sifat merasa lebih dapat menjebak pemilik sifat tersebut terlihat sombong dan angkuh sebagaimaa iblis laknatullah alaih. Wallahu a’lam. [*]
Editor: Sudono Syueb/Humas DDII Jatim