Masjid, Perlukah Disoroti?

Oleh M. Anwar Djaelani,
Ketua Bidang Pemikiran Islam DDII Jatim

Dewandakwahjatim.com, Surabaya – “Polri Akan Petakan Masjid Demi Tangkal Penyebaran Terorisme” (www.cnnindonesia.com 26 Januari 2022). Atas rencana ini, banyak yang mengritisi. Ada yang menilai naif. Ada yang meminta dibatalkan.

Ada Argumen 


“Masjid warna-warni macam-macam ada yang hijau, ada yang keras, ada yang semi keras dan sebagainya. Ini jadi perhatian kita semua,” kata Direktur Keamanan Negara Badan Intelijen Keamanan Mabes Polri Brigjen Umar Effendi.
Pernyataan di atas, ada di berita yang disebut di awal tulisan ini. Lalu, terkait rencana pemetaan masjid ini, tak sedikit yang menyoal. Perhatikan setidaknya dua tanggapan ini.
Pertama, ”Soal Rencana Pemetaan Masjid, Ketua DMI: Naif dan Mengada-ada!” (https://www.republika.co.id 31 Januari 2022). Bahwa, “Pemetaan masjid yang abadi dengan radikalisme atau terorisme adalah tindakan yang naif dan terkesan mengada-ada,” kata Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Bidang Hubungan Antarlembaga – M Natsir Zubaidi.
Lebih lanjut, kata dia, tidak mungkin masjid menjadi sarang teroris. Hal ini karena masjid adalah sarana yang sangat transparan dan terbuka bagi masyarakat. 
Kedua, “Kritisi Rencana Polri – BPET MUI Memetakan Masjid, Reza Indragiri: Batalkan!” (https://www.jpnn.com 31 Januari 2022). Menurut Reza Indragiri (yang pernah mengajar di PTIK itu), pemetaan oleh Polri dapat mengganggu keharmonisan hubungan antarumat Islam, terutama masjid itu sendiri. “Jadi, saling menghargai, bahkan polisi yang datang ke masjid batas untuk salat pun bisa disikapi sebagai orang yang menyajikan,” kata Reza. Oleh karena itu, lanjut Reza: “Timbanglah kembali. Batalkan, lebih baik lagi.”

Peran Masjid

Dari masalah ini, ada pelajaran yang bisa kita ambil. Bahwa, kita harus paham tentang fungsi dan peran masjid. Masjid itu pusat kegiatan umat Islam dalam melakukan ibadah ritual dan ibadah sosial.


Lebih lanjut, masjid–lewat aktivitas dakwahnya-memiliki peran sebagai tempat pembinaan iman dan takwa umat Islam. Hasilnya, sepanjang sejarah, kontribusi positif masjid terhadap perbaikan kualitas iman dan takwa masyarakat (dalam makna yang luas) dapat kita rasakan.
Berikut ini, ilustrasinya. Di masjid umat Islam shalat berjamaah. Dari sini, antara lain, bisa terpupuk solidaritas sosial, modal besar terbangunnya ketahanan masyarakat. Kemudian, di masjid anak-anak dan orangtua belajar agama. Dari sini bisa membangun jiwa agamis, bagian tak terpisahkan dari semangat sila pertama Pancasila.


Selanjutnya, ini sedikit ilustrasi lain, soal fungsi sosial. Saat ada musibah banjir, misalnya, masjid sering menjadi tempat penampungan sementara bagi pengungsi. Lalu, kala ada bencana alam, masjid kerap menjadi tempat pengumpulan dan bantuan bantuan.

Dakwah dan Masjid

Beralasankah jika ada pihak yang menyukai dakwah Islam, terutama di masjid? Untuk itu, ada baiknya kita mengetahui posisi dakwah dalam Islam yang ternyata sangat penting dan sangat bermanfaat.


Islam adalah agama dakwah. Sila baca antara lain QS Ali ‘Imran [3]: 110 dan QS An-Nahl [16]: 125. Juga, cermatilah ayat ini: “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang shalih, dan berkata : ‘Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?’.” (QS Fushshilat [41]: 33).


Paralel dengan ayat-ayat di atas, Nabi Muhammad Saw meminta: “Sampaikanlah (ajaran) dariku walau satu ayat” (HR Bukhari). Tampak, semua umat Islam berkewajiban berdakwah sesuai kapasitas masing-masing.

Sejarah panjang negeri ini pun tak putus putus dakwah. Termasuk, di masa-masa sulit mencapai kemerdekaan. Pikiran, tenaga, bahkan jiwa para ulama dan santri tak terhitung yang telah disumbangkan. Ajaran jihad fii sabilillah (perang di Jalan Allah)–sebagai hasil dakwah-tak ternilai kontribusinya dalam menggerakkan perjuangan.


Dulu, aktivis dakwah dari kalangan ulama dan santri bisa memobilisasi rakyat melawan melawan. Sekadar menyebut contoh, bacalah perjuangan Pangeran Diponegoro. Simaklah kisah Panglima Besar Soedirman. Di samping itu, semoga kita tak lupa dengan pekik heroik bernuansa jihad dari Bung Tomo di Surabaya pada 10 November 1945: Allahu-Akbar!


Sekarang, para aktivis dakwah berperan positif lewat berbagai pilihan cara. Intinya, para pengemban dakwah tetap setia mendarma-baktikan tenaga dan pikirannya untuk kemajuan negeri ini, termasuk lewat masjid.


Memang, fungsi utama masjid adalah tempat melaksanakan ibadah ritual. Hanya saja, yang tak kalah penting, di masjid kita bisa juga melakukan ibadah sosial semisal di aspek pendidikan, kebudayaan, sosial-kemasyarakatan, dan lain-lain.
 
Terus Makmurkan !

Apapun keadaannya, dakwah harus terus bergerak. Kita dukung dakwah, karena pasti kemaslahatan bagi semua orang. Sebaliknya, kita akan rugi besar jika terhambatnya dakwah yang diselenggarakan di masjid. Mari, terus semarakkan dakwah dan makmurkan masjid! !(SS/Humas DDII Jatim)

Surabaya, Jum’at, 4 -Februari-2022

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *