INILAH KEAGUNGAN PERADABAN ILMU DALAM ISLAM

Oleh: Fatih Madini
(Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Mohammad Natsir)

DEPOK – ISLAM adalah agama yang sangat menjunjung tinggi nilai ilmu. Burhanuddin al-Zarnuji dalam kitabnya, Ta’lim al-Muta’allim, mengatakan: “Kami ridha dan rela pembagian Yang Maha Kuasa atas kami adalah ilmu, sedangkan bagi musuh-musuh kami, mendapat harta. Sebab, harta dalam waktu dekat akan binasa, sementara ilmu akan terus kekal dan senantiasa ada… Orang-orang bodoh (yang enggan dan malas menuntut ilmu) lama-kelamaan akan “mati”, meskipun belum datang kematian untuk mereka. Sedangkan orang-orang berilmu, akan tetap hidup meskipun telah wafat.”
Zakaria Hasyim Zakaria, dalam bukunya, Pendapat Cendekiawan dan Filosof Barat Tentang Islam (1990), mengutip pernyataan George Sarton, dosen Universitas Harvard yang menyatakan, bahwa: “Kaum muslimin dapat saja kembali kepada keagungan masa lalunya, kembali memimpin dunia dalam politik dam pendidikan, seperti pada zaman keemasannya dulu. Tetapi hal ini tidak mungkin, kecuali kalau mereka kembali memahami hakekat kehidupan dalam Islam atau mempelajari ilmu yang dianjurkan untuk dimilki oleh agamanya.”


Sementara itu, sejarawan Inggris, Arnold Toynbee, mencatat: “Pengaruh Islam mencapai puncaknya pada sebagian besar orang-orang yang berganti agamanya dari agama Nasrani di Spayol, sehingga banyak yang terbuai oleh gemerlapnya peradaban yang cemerlang itu dan hatinya terpesona dengan syair, filsafat dan seninya yang sudah mengusai kalbunya. Imajinasi mereka terjaga membaca syair-syair peperangan. Keagungan dan budi pekerti yang selama ini tertutup bagi bangsa Spanyol yang masih berpegang teguh pada agama Nasraninya. Di samping itu ilmu Nasrani dan sastranya sudah terlihat miskin sekali kalau dibandingkan dengan ilmu kaum Muslimin dan sastra mereka, yang tidak lama lagi—pada hakekatnya—dalam mempelajarinya akan menimbulkan dorongan untuk memasukinya.”


Ilmuwan lainnya, Brifult, juga ikut mengapresiasi dengan ungkapan singkat: “Sungguh ilmu merupakan suatu karunia besar yang diberikan peradaban Arab (baca: Islam) kepada dunia dewasa ini.”
Orientalis terkenal, Franz Rosenthal dalam karyanya, Knowledge Triumphant: The Concept of Knowledge in Medieval Islam mengakui bahwa ilmu dan Islam adalah satu kesatuan yang tak dapat terpisahkan. Konsep ilmu, sebagai konsep terpenting, telah menjelmakan Islam sebagai peradaban yang berbeda dan kompleks. Tidak ada cabang kehidupan intelektual Muslim, dalam kehidupan beragama dan politiknya, dan kehidupan masyarakat Muslim awam yang tidak tersentuh dari meluasnya ilmu sebagai nilai yang agung dalam diri seorang Muslim. Dan secara tegas ia nyatakan, “’Ilm is Islam”:


Lebih lanjut Rosenthal menulis: “For ‘ilm is one of those concepts that have dominated Islam and given Muslim civilization its distinctive shape and complexion. In fact, there is no other concept that has been operative as a determinant of Muslim civilization in all its aspects to the same extent as ‘ilm. This holds good even for the most powerful among the terms of Muslim religious life such as, for instance, tawwîd “recognition of the oneness of God,” ad-dîn “the true religion”, and many others that are used constantly and emphatically. None of them equals ‘ilm in depth of meaning and wide incidence of use. There is no branch of Muslim intellectual life, of Muslim religious and political life, and of the daily life of the average Muslim that remained untouched by the all-pervasive attitude toward “knowledge” as something of supreme value for Muslim being. ‘Ilm is Islam, even if the theologians have been hesitant to accept the technical correctness of this equation. The very fact of their passionate discussion of the concept attests to its fundamental importance for Islam.” (Franz Rosenthal, Knowledge Triumphant: The Concept of Knowledge in Medieval Islam, (Leiden: Brill, 2007).


Jadi, pada dasarnya, Islam memang agama ilmu, dan peradabannya adalah peradaban yang berlandaskan ilmu dan sangat menjunjung tinggi ilmu dan semangat keilmuan. Itulah yang telah diakui oleh sejumlah sarjana Barat. Artinya, ilmu adalah barang berharga dalam Islam, dan Islam memberikan ruang khusus bagi ilmu, aktivitas, dan para pengembannya, dengan harapan terciptanya suatu kondisi di mana ilmu dapat terbudayakan dan mentradisi secara luar biasa di dalam setiap lapisan masyarakat.


Pencetus gagasan Budaya Ilmu, Prof. Wan Mohd Nor Wan Daud menjelaskan secara detail tentang makna sekaligus ciri budaya atau tradisi ilmu. Ia menuliskan: “Budaya ilmu antara lain bermaksud kewujudan satu keadaan yang setiap lapisan masyarakat melibatkan diri, baik secara langsung mahupun tidak langsung, dalam kegiatan keilmuan bagi setiap kesempatan. Budaya ilmu juga merujuk kepada kewujudan satu keadaan yang segala tindakan manusia baik di tahap individu, apatah lagi di peringkat masyarakat, diputuskan dan dilaksanakan berdasarkan ilmu pengetahuan sama ada melalui pengkajian mahupun syura. Dalam budaya ini, ilmu dianggap sebagai satu keutamaan tertinggi dalam sistem nilai pribadi dan masyarakat di setiap peringkat.”


Itulah gambaran betapa mulianya kedudukan ilmu dalam pandangan Islam. Tidak perlu diragukan, Islam adalah agama dan peradaban yang berlandaskan ilmu pengetahuan. Lebih-lebih ketika al-Qur’an, Sunnah, dan Atsar telah menampakkan betapa mulianya kedudukan mutiara yang satu ini (ilmu). Misalnya, perintah Allah kepada Nabi Muhammad untuk berdoa “Wa qul Rabbi zidni ‘ilman.” Al-Quran juga menyindir orang yang tidak berilmu dengan sebuah pertanyaan terkait perbedaan orang yang berilmu dan tidak berilmu (QS 39: 9), dan juga ayat-ayat lainnya (QS. 6: 97-98, 2: 30, 2: 269, 35: 28, 3: 7, 3: 18, dan 58: 11).


Karena itulah, Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas sudah lama mengingatkan, bahwa problem terbesar yang dihadapi oleh umat Islam adalah masalah ilmu. Maka, solusi atas krisis yang menimpa umat Islam, harus berawal dari solusi terhadap ilmu. Khususnya, masalah confusion of knowledge yang berujung kepada loss of adab. Wallahu A’lam bish-shawab. (Depok, 29 Januari 2022).(Sudono syueb/ed)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *