Oleh Alfiah Sufiani
(Koordinator Presidium Forhati MD Surabaya)
Catatan Hari Ibu 22 Desember 2021
Dewandakwahjatim.com,Surabaya – Dalam sebuah perbincangan dengan para mahmud (mamah mamah muda) dan pahmud (papah papah muda) mengenai perilaku Gen Z di keluarga mereka, saya seolah berdiri di sebuah tepi jurang, yang jika tak hati-hati, saya akan tergelincir dan tenggelam dalam pusaran.
Gen Z ini unik. Gaya komunikasi mereka sangat khas, apa adanya, to the point dan tanpa beban dengan jemari tak lepas dari gadget dan telinga tertutup headset. Dunia ada di tangan mereka.
Sesuatu yang sangat berbeda dengan ayah bunda mereka yang berada di generasi kolonial awal.
Perkembangan teknologi yang pesat linier dengan perkembangan platform media sosial yang kemudian membawa semua manusia di muka bumi ini, di tahun yang sama, di waktu yang sama, seolah memiliki “derajat” dan level yang sama untuk bisa terkenal dan ngeksis.
Muncul banyak selebgram, para exhibisionist dalam jutaan video yang begitu mudah diakses dalam hitungan detik. Dan “riuhnya” like serta subscriber berpengaruh juga pada pundi² kekayaan mereka.
Apakah semua ini terjadi secara kebetulan saja ? Ataukah ini sesuatu yang terencana dan terstruktur?
Perkembangan K-Pop, K-Drama adalah bagian dari akibat perkembangan teknologi yang sedemikian pesat. Anime yang tak pernah surut jumlah penggemarnya, instagram dan juga tiktok. Kesemuanya menjungkirbalikkan segala teori pengasuhan dan parenting yang selama ini dianut oleh hampir semua keluarga dan lembaga pendidikan.
Pertanyaan nya adalah
Bagaimanakah peran para muslimah ini untuk menjaga para gen Z di keluarganya agar tetap berada dalam jamaah dari tujuan utama tugas kekhalifahan kita yaitu Kuntum khairu ummah ?
Mari kita bahas,
PERTAMA, ingatkah kita perbincangan iblis dengan para anak buahnya tentang “SOP” menghancurkan nilai-nilai sebuah keluarga?
Yaitu dengan cara merusak sang ibu.
Bagaimana caranya ?
- Beri perempuan² ini rasa lelah bertubi-tubi sehingga merasa lemah dan habis energi.
- Ambil rasa syukurnya.
- Ambil rasa kurang percaya pada dirinya sendiri.
- Buatlah agar ia selalu kurang dari sisi materi dan mudah mengeluh.
- Sibukkan pandangan matanya untuk melihat “rumput tetangga lebih hijau”
- Ambil rasa sabarnya, gaduhkan hatinya
- Goda lisan nya agar berkata kasar hingga anak²nya mencontohnya dan tak lagi menghargai nya.
- Tambahkan amarah demi amarah agar segera hilang aura syurga di rumah tersebut.
Itulah SOP para tetua jin dalam meruntuhkan marwah sebuah keluarga. Melalui sang ibu. Sang perempuan.
KEDUA, orkestasi kehidupan modern yang amat sangat cepat telah mengambil masa kanak-kanak generasi milineal dan Zelinial yang sangat berharga dengan cara yang lebih cepat.
Perlu terus diingatkan pada para perempuan Muslimah bahwa ghayatu Al ghayah dari sebuah pernikahan adalah mewujudkan kehidupan yang berkah, sakinah mawaddah dan rahmah, menghindarkan diri dan keluarga dari api neraka (lihat QS At Tahrim: 6). Pernikahan adalah sebuah mitsaqan qalida perjanjian yang berat, antara suami istri dalam pemenuhan hak dan kewajiban masing-masing.
Dan perempuan sebagai madrasah pertama dan utama, hendaknya melekat pula rasa malu sehingga penanaman Aqidah, Akhlaq dan Penegakan Sholat menjadi materi pengajaran mendasar dan utama pada anak-anak nya.
Disinilah kecerdasan, keuletan serta watak seorang ibu akan tercermin dan menjadi dominasi kesuksesan anak-anak nya di masa depan.
Benarlah kata sang bijak, jika ada lelaki yang menjadi ulama yang disegani, cendikia cerdas nan bijak, tokoh ternama atau ksatria terpandang, maka lihatlah siapa ibu mereka.
Dan tantangan di masa milineal ini bukan perkara sederhana.
Kembali kepada pengajaran Islam, kepada Al Qur’an dan mengambil hikmah atas kisah para Nabi dalam Al Qur’an serta meneladani para sahabat Rasulullah adalah “cara termudah” nya di era “Multi Semesta nya Dr Strange (Film Spiderman, Red)” saat ini.
Ingatlah, Allah telah mengingatkan kita di QS Annisa ayat 9, agar kita khawatir jika kita meninggalkan anak-anak dalam kondisi lemah dan Allah memberikan solusi atas kekhawatiran tersebut yaitu Bertakwa kepada Allah dan mengucapkan perkataan yang benar.
Inilah bagian dari pendidikan dan pengajaran yang menjadi tantangan serta peluang bagi seorang muslimah di keluarganya di era milineal ini.
Semoga di hari ibu, 22 Desember 2021 ini, para perempuan muslimah dijauhkan dari hembusan jahat jin sebagaimana di bagian atas tulisan ini dan dimudahkan melihat peluang-peluang terbaik dalam pendidikan dan pengajaran pada anak-anaknya sehingga keluarganya semakin berkah, senantiasa sakinah mawaddah dan penuh rahmah.
Aamiin yra
Salam takzim saya untuk seluruh perempuan.(Sudono/Humas DDII Jatim)