Oleh: Ust. Chairul Djaelani
Ketua Dewan Syura DDII Jatim
Dewandakwahjatim.com, Surabaya – Menurut hemat saya, yang terpenting dalam peta perjalanan hidup ini adalah mengetahui hakekat ibadah sebagai tujuan hidup manusia, sebagaimana Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman dalam QS Az-Zariyat: 51,
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَا لْاِ نْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.”
(QS. Az-Zariyat 51: Ayat 56)
Karena itu Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah memerintahkan manusia untuk beribadah hanya kepada-Nya karena Dialah yang telah menciptakan manusia, Allah berfirman:
يٰۤاَ يُّهَا النَّا سُ اعْبُدُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ وَا لَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ ۙ
“Wahai manusia! Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.”
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 21)
Manusia diperintah oleh Allah supaya beribadah kepada-Nya secara ikhlas, Allah Subhanahu Wa
Ta’ala berfirman:
وَمَاۤ اُمِرُوْۤا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَـهُ الدِّيْنَ ۙ حُنَفَآءَ وَيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوا الزَّكٰوةَ وَذٰلِكَ دِيْنُ الْقَيِّمَةِ ۗ
“Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah, dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan sholat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar).”
(QS. Al-Bayyinah 98: Ayat 5)
Selanjutnya, bagaimana ibadah atau mengabdi total kepada Allah itu dengan Peran Agama sebagai Petunjuk atau tuntunan Pedoman Hidup. Maka itu kita harus ikuti jalan Allah dan Rasul-Nya, sebagaimana firman-Nya:
قل هذه سبيلي ادعوا الي الله علي بصيرة انا ومن اتبعني وسبحن الله وما انا من المشركين
“Katakanlah (Muhammad), inilah jalanku, aku dan orang orang yang mengikutiku mengajak kepada Allah dengan yakin, Maha Suci Allah dan aku tidak termasuk orang irang musyrik (QS Yusuf: 108)
Untuk itu, jika dalam menyusuri peta hidup ini, kita salah jalan, segeralah kita berdoa kepada Allah, mohon petunjuk jalan yang benar. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَاِ ذَا سَاَ لَـكَ عِبَا دِيْ عَنِّيْ فَاِ نِّيْ قَرِيْبٌ ۗ اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّا عِ اِذَا دَعَا نِ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لِيْ وَلْيُؤْمِنُوْا بِيْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka memperoleh kebenaran.”
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 186)
Selanjutnya, hidup dengan petunjuk agama itu harus dipraktikkan dalam perbuatan nyata dalam bentuk amalan sholihan, karena amalan shalihan itu yang akan memperbaiki hidup kita (hayatan thoyyiban), Allah Swt berfirman:
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهٗ حَيٰوةً طَيِّبَةًۚ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
“Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97).
Di samping amal shalihan, kita pun harus menyeru kepada kebenaran (Al-lslam). Hal tersebut sesuai dengan firman Allah SWT dalam al-Qur’an:
وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى ٱلْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ ۚ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran: 104)
ALLAH
☝🏻
Ber-IBADAH
👇🏻
AMAL SHALIH
Dalam ayat lain, Allah SWT juga memerintahkan amar makruf nahi mungkar, karena perilaku ini merupakan perbuatan yang dapat memberikan keuntungan bagi pelakunya. serta bermanfaat kepada sesama dan lingkungan dan mendukung kehidupan yang baik, Allah SWT berfirman:
ٱلَّذِينَ يَتَّبِعُونَ ٱلرَّسُولَ ٱلنَّبِىَّ ٱلْأُمِّىَّ ٱلَّذِى يَجِدُونَهُۥ مَكْتُوبًا عِندَهُمْ فِى ٱلتَّوْرَىٰةِ وَٱلْإِنجِيلِ يَأْمُرُهُم بِٱلْمَعْرُوفِ وَيَنْهَىٰهُمْ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ ٱلطَّيِّبَٰتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ ٱلْخَبَٰٓئِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَٱلْأَغْلَٰلَ ٱلَّتِى كَانَتْ عَلَيْهِمْ ۚ فَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ بِهِۦ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَٱتَّبَعُوا۟ ٱلنُّورَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ مَعَهُۥٓ ۙ أُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ
“(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS al-A’raaf: 157).
Perintah amar makruf nahi mungkar juga banyak dijelaskan dalam hadits. Salah satunya adalah hadits dari Abi Said al-Khudri:
“Siapa yang melihat kemungkaran maka ubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka ubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim).
Dalam hadits lain, dalam Shahih Muslim dari Abdullah bin Mas’ud Ra, Rasulullah SAW bersabda:
“Tidaklah seorang Nabi pun yang Allah Ta’ala utus di suatu umat sebelumku, kecuali memiliki pengikut-pengikut setia dan sahabat-sahabat. Mereka mengambil sunnahnya dan mengikuti perintahnya. Kemudian, datang generasi-generasi setelahnya yang mengatakan hal yang tidak mereka ketahui dan tidak diperintahkan. Maka, barang siapa memerangi mereka dengan tangannya maka ia adalah mukmin. Dan, barang siapa memerangi mereka dengan lisannya maka ia adalah mukmin. Dan, barang siapa memerangi mereka dengan hatinya maka ia adalah mukmin. Dan, tidak pernah ada di belakang itu semua keimanan sebesar biji atom.”
Editor: Sudono Syueb