LEGENDA- LEGENDA TENTANG ISLAM DI DUNIA BARAT

Oleh: Adian Husaini
Ketua Umum DDII Pusat

Dewandakwahjatim.com,Depok – Jo Ann Hoeppner Moran Cruz, dalam tulisanya berjudul “Popular Attitudes against Islam in Medieval Europe” (1999) mencatat banyak legenda menarik tentang Islam yang populer di kalangan masyarakat Barat di abad pertengahan. Bahkan, meskipun Barat menyerap banyak informasi langsung dari dunia Islam, saat Perang Salib, legenda-legenda tentang Islam tetap hidup di kalangan masyarakat. “Tetapi orang-orang Kristen Barat lebih cenderung mendengar legenda, banyak di antaranya dibawa kembali oleh kaum Frank yang pernah ke Tanah Suci,” tulis Cruz.

Misal, legenda bahwa Ida, seorang janda pasukan Salib, dikawini seorang Muslim (Sarancens) dan akhirnya menurunkan seorang anak bernama Zengi. Nama lengkapnya, Nuruddin Zengi. Dalam sejarah, ia adalah paman Shalahuddin al-Ayyubi, yang membalik sejarah Perang Salib, dengan keberhasilannya menaklukkan Edessa dari pasukan Salib (the Franks) pada 1144.

Legenda tentang Shalahuddin al-Ayyubi – tokoh yang merebut kembali Jerusalem dari the Franks, 1187 – bertebaran. Ada cerita tentang Eleanor of Aquitaine, istri Louis VII, yang memiliki affair dengan Shalahuddin. Ada juga legenda, bahwa Shalahuddin adalah keturunan dari anak perempuan Count of Ponthieu di Utara Perancis. Juga legenda bahwa Shalahuddin dibaptis pada akhir hayatnya.

Legenda, bahwa Dome of the Rock di Jerusalem menyimpan banyak berhala sesembahan kaum Muslim. Dan bahwa di Mekah, pendeta murtad bernama Nicholas, dijadikan sesembahan. Pidato Pope Urban II yang terkenal di The Council of Clermont, 25 November 1095, juga menyebarkan banyak legenda tentang Muslim. Di tengah konflik antar masyarakat Eropa ketika itu, Pope Urban II, menggalang sebuah legenda tentang musuh bersama bernama “Turks”. “The Turks”, kata Paus, “adalah bangsa terkutuk.” “Killing these godless monsters was a holy act: it was a Christian duty to exterminate this vile race from our lands,” katanya.

Seruan Paus mendapat sambutan luar biasa. Ratusan ribu pasukan Kristen bergabung, dengan semangat tinggi merebut Jerusalem. Dalam buku klasiknya, Islam and the West, Norman Daniel menyebut: “The essence of crusading was to slay for God’s love.” . Maka, saat memasuki Jerusalem, 1099, the Franks melakukan tindakan yang sulit dipercaya. Mereka membantai sekitar 30.000 warganya, Muslim dan Yahudi, termasuk wanita dan anak-anak.
Fulcher of Chartress mencatat: “If you had been there your feet would have been stainen to the ankles in the blood of the slain.” Seorang tentara the Franks menulis dalam Gesta Francorum : “No one has ever seen or heard of such a slaughter of pagans, for they were burned on pyres like pyramid, and no one save God alone knows how many there were.”

Sepanjang sejarah, hubungan Islam-Barat diwarnai dan memunculkan banyak legenda. Dokumen Chanson de Roland (sekitar tahun 1100) yang ditemukan di Inggris pada abad ke-19 memberikan gambaran bahwa kaum Muslim adalah penyembah berhala, pengecut, berperang demi kekayaan, tanah, dan perempuan. Dokumen ini bercerita tentang legenda kepahlawanan (epic) Charlemagne yang digambarkan berhasil menaklukkan seluruh Spanyol. Padahal, pada 778, Charlemagne gagal menjalankan misi membantu gubernur Barcelona dan Saragossa melawan Khalifah Umayyah di Cordoba. Saat pulang, pasukan Charlemagne melakukan pembunuhan dan perampokan di Kota Pamplona. Pasukan Basque/Wascons (Kristen) melakukan pembalasan dan mengalahkan pasukan Charlemagne. “Uniknya” dalam Chanson de Roland, Charlemagne digambarkan telah berhasil menaklukkan semua Spanyol, kecuali Saragossa. Musuh utamanya, bukan pasukan Wascons, tetapi kaum Muslim (Saracens).
Legenda lain yang memberikan gambaran buruk tentang Islam adalah cerita tentang Aymeri of Narbonne dan putranya, William of Orange. Dalam legenda ini, Muslim digambarkan lebih buruk ketimbang yang ada dalam Chanson de Roland. Selain penyembah berhala, Muslim adalah pencipta segala kejahatan, musuh Tuhan, dan pemuja setan. Mereka memakan tawanan perang, mengkhianati perjanjian, dan menjual belikan wanita mereka sendiri. Mereka adalah manusia-manusia kejam, pengkhianat, dan menyembah banyak dewa, seperti Mahomet, Cahu, Apollyon, dan Tervagant.

Di dunia modern, berbagai legenda terus diciptakan. Dan Barat, juga banyak umat manusia lain, begitu terpesona pada legenda-legenda. Jutaan dolar diraup dari film-film legenda, semacam Rambo, Robin Hood, Batman, Superman, Troy, Spiderman, King Arthur. Film The Passion of The Christ yang begitu kontroversial, berhasil meraup keuntungan 19,2 juta USD. Sebelum menyerang Irak, diciptakan legenda tentang senjata pemusnah massal. Akhirnya terbukti, kisah senjata itu benar-benar sebuah legenda.
Tahun 1980-an, isu terorisme PLO menyita perhatian dunia internasional. Padahal, pada 1982, terjadi pembantaian sekitar 3.500 pengungsi Palestina (termasuk wanita dan anak-anak) oleh Tentara Phalangis dengan pemantauan penuh Israel. Namun, Israel sama sekali bebas dari cap sebagai negara teroris. Korban warga Palestina di Shabra-Shatila itu juga melampaui jumlah korban kelompok yang sudah ditetapkan sebagai teroris, seperti PLO, Baader-Meinhof gang dan Red Brigades.


Jadi, dalam banyak hal, legenda terbukti lebih penting ketimbang fakta. Umat Islam diajarkan untuk bersikap kritis dalam menerima berita (QS 49:6). Jangan percaya begitu saja! Lakukan cek dan ricek; lakukan tabayyun dan tatsabbut! Pastikan bahwa berita itu benar, baru percayai. Jika bermanfaat, maka sebarkanlah, sehingga bermanfaat bagi masyarakat. Jika mudharat, maka jangan sebarkan.
Yang sering terjadi, kebencian terhadap suatu kaum membuat seseorang bisa berlaku tidak adil. Ironisnya, kita hidup di era post-truth. Banyak orang hanya mau membaca berita yang disukainya; bukan membaca berita yang benar. Akibatnya, ia terjebak dalam khayalannya sendiri.
“Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak keadilan karena Allah, (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS 5:8).

Kezaliman pasti akan menerima balasan di dunia dan akhirat. Doa orang yang dizalimi akan dikabulkan oleh Allah SWT. Di akhirat, orang yang dizalimi akan mendapat aliran pahala dari para pelaku kezaliman terhadapnya, sehingga mempercepatnya masuk sorga. Wallahu A’lam bish-shawab. (Depok, 23 November 2021).

(Humas DDII)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *