Oleh: Fatih Madini
(Mahasiswa Jurnalistik STID Mohammad Natsir)
Dewandakwahjatim.com,Depok –
Sulit rasanya melupakan Gerakan 30 September PKI di Indonesia. Pasalnya, tragedi berdarah itu tidak hanya merugikan umat Islam, tapi masyarakat Indonesia secara luas pun ikut terkena imbasnya.
Nahasnya, fakta sejarah kekejaman komunisme dan segala gerakannya, -khususnya PKI – mulai luput sedikit demi sedikit dari generasi muda.
Tidak sedikit dari mereka yang malas bahkan enggan membuka kembali lembaran sejarah mengenai hal itu. Maka jangan heran kalau tidak sedikit yang termakan narasi-narasi yang intinya mau menghilangkan citra buruk paham dan partai-partai tersebut.
Oleh sebab itu, ada baiknya kalau “musuh lama” ini kita bahas kembali secara ringkas melalui penjabaran Dr. Tiar Anwar Bachtiar ketika mengisi kajian di Pesantren At-Taqwa Depok (22/09/19) dengan tema “Ancaman Komunisme: Dulu, kini, dan Nanti”. Mulai dari ideologi, sejarah, perkembangan, sampai akhirnya surut meninggalkan nama.
Dalam muqaddimahnya, pakar Sejarah Nasional Indonesia itu mengatakan: “Walaupun tahun 1926 melakukan perlawanan terhadap Belanda, namun gerakan komunis di Indonesia tidak punya agenda sebagaimana para pendiri Republik ini.”
Perlawanan kaum komunis bukan demi kemerdekaan Indonesia. Hal ini berbeda dengan apa yang dicita-citakan HOS Cokroaminoto dan Agus Salim dalam kongres Syarikat Islam pada 1913.
Sampai-sampai dikatakan bahwa daging nasionalisme Indonesia itu diberi isi oleh SI. Hingga akhirnya SI menjadi organisasi terlarang, karena gagasan tersebut dianggap sebagai makar terhadap pemerintahan Belanda.
Terkait agendanya, Ketua Umum PERSIS periode 2010-2015 itu menegaskan: “Agenda PKI dari tahun 26, 48, dan 65 itu sama, yaitu ingin menggabungkan Indonesia menjadi bagian dari Komunis Internasional (Komiter) yang waktu itu pusatnya ada di Uni Socialist Soviet, Rusia.”
Karl Marx dan Komunisme
Kemudian ia memulai pembahasan dengan menerangkan seputar ideologi komunisme. Pada dasarnya ideologi ini menganut faham materialisme historis. Faham yang berkeyakinan bahwa sejarah itu ditentukan oleh manusia sendiri, tidak dengan kekuatan Tuhan, gaib, dsb. “Komunisme itu lahir sebagai anak kandung dari sekularisme,” tegas Ustadz Tiar.
Implementasi dari sekulerisme yang sangat mengedepankan akal dan kebebasan manusia (Antroposentrisme, setelah sebelum renaisans orang-orang Barat menganut faham Teosentrisme) dalam dunia politik (ditandai dengan revolusi Perancis tahun 1789) menciptakan sistem demokrasi dan dalam ekonomi (ditandai dengan revolusi industri di Inggris) memunculkan sistem kapitalis.
Dan menjadi dominan di Eropa sejak abad ke-19. Jadi sebetulnya, antara orang-orang komunis dan kapitalis, di pikirannya sama-sama “tidak ada Tuhannya,” sebab keduanya lahir dari rahim yang sama.
Adapun perbedaannya, adalah tatkala Karl Marx (seorang pemikir abad 19 berkelahiran Jerman) melihat bahwa sistem kapitalisme telah menciptakan gerbang pemisah yang sangat jauh antara kelompok Borjuis dan Proletar. Sehingga membuat kalangan borjuis semakin kaya dan kalangan proletar semakin miskin. Inilah titik awal munculnya gagasan komunisme.
Masalahnya, kapitalisme ini didukung kuat oleh kekuatan doktrin Protestan Ethics. Protestan, sebagai pengganti agama Katolik-lah yang dianggap Marx sebagai pemberi legitimasi dan penyubur sistem kapitalis.
Sebab Protestan berbeda dengan Katolik Roma dulu, yang masih berkeyakinan bahwa gereja merupakan sentral dari seluruh kehidupan manusia, sehingga tidak mungkin ia setuju dengan kapitalisme yang lebih mengedepankan kebebasan manusia.
Di antara cara-cara Marx dalam menghancurkan kapitalisme, adalah dengan menyingkirkan Tuhan, membuang agama (bahkan sampai mengatakan bahwa agama adalah ciptaan manusia), dan menyingkirkan para “pendeta”.
Maka orang-orang komunis tidak percaya lagi pada unsur metafisika. Bahkan bagi mereka, Tuhan dianggap tidak punya andil dalam sejarah.
Karl Marx, selaku pengusung faham ini sampai mengatakan bahwa ide tentang Tuhan semacam infeksi yang berbau busuk.
“Eksistensi Tuhan tidak masuk akal. Konsep Tuhan adalah konsep yang menjijikan. Pendek kata aku menaruh dendam kepada Tuhan,” tegas pria kelahiran Jerman itu.
Begitu juga dengan agama. Baginya, agama merupakan candu. Mengapa? Sebab agama, tatkala ada perintah untuk bersabar atau bersyukur dengan apa yang dimiliki, seakan-akan itu dianggap sebagai opium bagi masyarakat sehingga mereka lupa dengan masalah atau keresahan mereka.
Pemikiran Karl Marx ini di kemudian hari menjadi gerakan yang sifatnya politis, tepatnya saat terjadinya Revolusi Bolshevic di Rusia pada 7 November 1917. Melalui revolusi inilah Uni Soviet berhasil didirikan, dan menjadi momentum bagi komunisme untuk menjadi satu gerakan baru.
Dari Stalin Sampai Aidit
Joseph Stalin lah yang nantinya mewujudkan gerakan komunisme dalam bentuk gerakan politik. Pada awal abad 20 itulah komunisme menjadi gerakan politik dunia yang sangat serius.
Apalagi saat itu, komunisme sedang mendapat momentum dimana negara-negara kapitalis sedang mengalami masa resesi dan berada di ambang kebangkrutan.
Saat itulah komunisme menjadi bahan perbincangan dan sampai dianggap sebagai alternatif baru dalam menyelesaikan permasalahan mereka.
Momentum itu juga didapatinya tatkala banyak negara-negara yang sedang dalam keadaan terjajah. Sebab dalam ideologi komunisme, diajarkan perlawanan, pemberontakan, pelepasan diri dari kolonialisme.
Momentum-momentum itulah yang kemudian membuat gerakan kapitalisme tumbuh subur dan berkembang ke berbagai negara di antaranya RRC, Kuba, Korea Utara, Kamboja, Boslavia, Vietnam, dll. “Pada awal abad 20 inilah komunisme berevolusi menjadi gerakan internasional,” ujar Ustadz Tiar.
Salah satu negara yang terkenal ekspor faham ini ialah Indonesia. Yang pertama kali menyebarkan adalah seorang tokoh komunis dari Belanda bernama Henk Sneevliet. Ia memanfaatkan Syarikat Islam yang anti kolonialisme.
Namun pada awal-awal berdirinya siapa pun yang anti kolonialisme bisa bergabung sekalipun ke-Islamannya itu hanya sekedar di mulut saja. Jadi saat itu belum ada penegasan ideologi.
Momen itulah yang digunakan oleh Sneevliet untuk mendapat kader-kader hebat yang berhasil disusupkan ke dalam SI, di antaranya, Darsono (ketua SI cabang Surabaya), Semaun (ketua SI cabang Semarang), Tan Malaka, dan Muso.
Akhirnya mereka mampu mendoktrin orang-orang yang anti kolonialisme untuk anti kepada kaum Borjuis. Sampai akhirnya, Agus Salim menyadarinya, dan pada 1919, diadakanlah pemutihan partai, hingga terbagi menjadi dua kelompok: SI merah dan SI putih.
SI merah inilah yang kemudian dikeluarkan dan pada 1920 membentuk satu partai bernama PKH (Perhimpunan Komunis Hindia Belanda) yang nantinya pada 1927 berubah menjadi PKI (Partai Komunis Indonesia).
Pada 1926, para kader-kader ini telah mendapat biaya dari Uni Soviet untuk menjadikan Indonesia sebagai sayap Uni Soviet di Asia. Inilah cikal bakal dari tersebarnya komunisme di Indonesia.
Namun tidak serta-merta mereka langsung menyebarkan ideologi anti agama, sebab itu akan bertolak belakang dengan konteks ke-Indonesiaan saat itu.
Maka yang dipropagandakan oleh mereka adalah doktrin anti penjajahan, keberpihakan kepada kaum proletar, buruh, petani, rakyat jelata, dsb.
Itulah yang membuat mereka mendapat banyak pengikut, sehingga akhirnya bisa melaksanakan pemberontakan pada tahun 1926, 1948, dan 1965.
Namun karena beberapa faktor, seperti kekuatan militer yang tidak seimbang, tidak menghitung kekuatan TNI yang disokong CIA, dan masih banyak lagi, pemberontakan tersebut harus berakhir pada kegagalan.
Meski begitu, saat pemberontakan-pemberontakan itulah kemudian jati diri PKI sebagai partai yang anti agama mulai terlihat. Mulai dari target pembunuhan mereka yang tidak hanya kepada tentara, tapi juga para pemuka-pemuka agama, yang nantinya membuat kebencian masyarakat akan partai ini semakin meningkat.
Sejatinya pada 1948, PKI sudah kehilangan kepercayaan. Namun karena kehendak Soekarno untuk mendirikan NASAKOM—setelah sebelumnya diingatkan terus-menerus oleh MASYUMI bahkan sampai adanya gerakan PRRI oleh Syafruddin Prawiranegara (yang sebetulnya ini adalah gerakan anti komunisme bukan anti Soekarno)—membuat ia menaruh kepercayaan lagi kepada PKI.
Saat itulah PKI mulai merancang gagasannya lebih baik lagi melalui kader-kader barunya, terutama D.N. Aidit. Partainya mulai memberikan citra-citra baik, mampu direhabilitasi kembali sampai menduduki urutan keempat saat pemilu pertama kali pada 1955.
Dari situ kemudian PKI tumbuh subur, bahkan banyak memegang militer, kepolisian, politik, dan sebagainya, dan terjadilah pemberontakan yang paling besar pada tahun 1965.
Kehilangan Pamor
Setelah gagal, sejak saat itu, gerakan komunis menjadi gerakan yang terlarang di Indonesia. Di era Soeharto, tepatnya tahun 1966, terbitlah TAP MPRS nomor 25 tentang pelarangan ideologi komunisme di Indonesia dan pelarangan pendirian PKI.
Saat itulah pemerintah mulai “bersih-bersih” golongan kiri yang dianggap PKI dari kekuasaan dan bidang lainnya.
Namun meskipun sudah dibersihkan, tetap masih saja ada sisa-sisa dari keluarga, keturunan, dan simpatisan PKI. Misalnya pada zaman orde baru ditandai dengan gerakan mahasiswa kiri yang masih berani menyebarkan ideologi komunis secara diam-diam.
Lalu pada masa reformasi, muncul Partai Rakyat Demokratik, Partai Buruh dsb. Namun, sekarang ini ideologi komunis mulai terlihat kehilangan pamornya.
Apalagi sejak kapitalisme menang dalam Cold War yang membuat Uni Soviet pecah, sehingga kekuatan finansial dari Soviet sebagai tonggak utama penyebaran komunisme sudah musnah.
Mungkin sampai saat ini China dan Korea Utara masih berideologi komunisme, begitu juga dengan China Overseas yakni apa yang disebut sebagai “Sembilan Naga”. Namun itu hanya sekedar di mulut dan diterapkan dalam ranah politik saja.
Sementara secara ekonomi, mereka tetap menggunakan sistem kapitalis. Jadi mereka bisa dikatakan sebagai “komunis rasa kapitalis.” Sebab sudah tidak ada lagi dalam pikiran mereka untuk menerapkan pemerataan dan kesejahteraan bersama.
Angka-Angka Dari Sebuah Partai Destruksi
Yang perlu kita ingat adalah bahwa bukan berarti mereka yang mempunyai hubungan darah dengan orang PKI yang dulu telah mengukir sejarah kelam agama Islam di Indonesia dan Indonesia itu sendiri, kita musuhi, diintimidasi, apalagi didiskriminasi.
Toh, mungkin mereka juga sama sekali tidak menghendaki kezaliman besar itu, sehingga hal itu sama sekali tidak bisa dikait-kaitkan dengan mereka.
Tapi tentu berbeda halnya jikalau mereka memang menunjukkan sikap yang tidak “mengenakkan” sebagaimana yang pernah dilakukan para pendahulu mereka. Meskipun kita juga harus tetap melihat kadar perbuatannya, untuk bisa menentukan sikap apa yang sekiranya tepat yang perlu kita tunjukkan.
Prinsipnya, kalau mereka (para keluarga dan keturunan orang PKI) menunjukkan sikap yang baik, silakan memaafkan mereka tapi jangan pernah melupakan tragedi berdarah itu (mulai dari tahun 26, 48, sampai 65).
Sebagai penutup mari sama-sama kita renungkan bait-bait puisi Taufik Ismail yang berjudul “Angka-Angka Dari Sebuah Partai Destruksi”:
“Mari kita memakai angka-angka
Dalam bicara tentang ideologi dunia
Komunisme: Marx dan Lenin pemimpinnya
Membunuh per hari 4.500 manusia
Di 76 negara, selama 74 tahun, 1917-1991
Jumlahnya 120 juta manusia
Dapatkah kita membayangkan
4.500 orang setiap harinya dijagal
di 76 negara, selama 74 tahun
atas nama sebuah ideologi
yang namanya komunisme?
Di abad yang lalu itu
Cuma ada satu tandingan komunisme
Yaitu Nazisme
Nazisme, Adolf Hitler pemimpinnya
Membunuh 25,6 juta manusia dalam 15 tahun
Dalam satu hari 5.700 orang dibantainya
Di 15 negara
Komunisme menjagal 120 juta manusia
Nazisme menjagal 25,6 juta manusia
Komunisme 4 kali lipat lebih kejamnya”
Kenapa komunisme demikian kejamnya?
Karena tercantum dalam tujuannya:
“Merebut kekuasaan dengan kekerasan”,
dengan tafsiran kekerasan sebagai penjagalan manusia
Untuk mencapai tujuan itu, segala cara halal dipakai
Segala cara
Sehingga sangat terkenal slogan Partai Komunis ini:
Tujuan menghalalkan cara
Cara-cara itu dalam pelaksanaannya sangat terperinci
Dalam 17 langkah:
Berdusta, Memutar-balik Fakta, Memalsukan Dokumen,
Memfitnah, Memeras, Menipu, Menghasut, Menyuap,
Intimidasi, Bersikap Keras, Membenci, Mencaci-Maki,
Menyiksa, Memperkosa, Menyabot, Membakar,
Membunuh, Membantai.
17 langkah ini dilatihkan kepada kader-kader partai.
Demikianlah ¾ abad ideologi ini berkiprah di dunia
Tujuan asli partai ditutup-tutupi
Barang dagangan yang ditawarkan dan dijajakan adalah:
Mendukung demokrasi
Memperjuangkan nasib buruh dan petani
Sama rata sama rasa
Tidak anti agama
Kampiun Hak Asasi Manusia
Dalam hal anti agama, inilah dusta terbesarnya
Kepada publik wajah yang diperlihatkan tidak anti Tuhan
Tapi praktik instruksi Lenin adalah pembunuhan
28 uskup, 1.200 pendeta dan 800.000 Muslimin
9.000 gereja dan 30.000 masjid diruntuhkan
Gereja habis 90 %, masjid 99,015 % di Rusia
Setelah 74 tahun, Boris Yeltsin, mantan ketua partai
Kemudian dia jadi Presiden Uni Sovyet
Menyiarkan Pengumuman yang menggemparkan dunia
Pada tanggal 26 Desember 1991
Yeltsin membubarkan Partai Komunis Uni Sovyet
Karena telah gagal memenuhi janji 74 tahun
Gagal memakmurkan rakyatnya sendiri
Pengumuman itu bagaikan gempa bumi dahsyat sedunia
Kemudian 24 negara komunis membubarkan diri
Empat masih bertahan sampai kini
RRC, Vietnam, Korea Utara dan Cuba”
Sumber: https://m.facebook.com/ story.php?story_fbid=745069986361840&id=692411441627695
Ed. Sudono S