Pertolongan Allah di Tengah Teror Terhadap Umat Islam
Dr. Slamet Muliono Redjosari
Pengurus DDII Jatim Bidang Pemikiran Islam
Hilangnya argumentasi dan hilangnya akal sehat membuat musuh-musuh Islam menggunakan dua cara untuk melemahkan ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad. Pertama, menstigma buruk. Mereka mengejek dan merendahkan nabi. Kedua, menyiksa secara fisik. Mereka melegalkan siksaan fisik kepada nabi. Dua langkah para tokoh Quraisy ini dialami nabi secara langsung setelah beliau mengajak kaumnya meninggalkan sesembahan dan mengajak untuk bertauhid secara benar. Alih-alih tertekan dan mundur, tekanan tokoh kaum Quraisy justru mendorong nabi untuk berdakwah semakin gigih dan tak pantang menyerah. Kegigihan nabi dalam berdakwah itu memperoleh perlawanan yang begitu kuat, sehingga pertolongan Allah pun turun. Allah menghinakan dan menyegerakan siksaan di dunia ketika mereka menghinakan nabi-Nya.
Teror dan Stigma Buruk
Setelah mendapatkan amanah untuk mendakwahkan Islam secara terang-terangan maka orang-orang kafir mulai bersepakat untuk meruntuhkan mental nabi. Salah satu langkah untuk menjatuhkan mental nabi, dengan mengejek dan merendahkan pribadi nabi. Hal ini tidak lain karena mereka kehilangan cara untuk menghentikan ajaran yang mulai tersebar. Tuduhan bahwa nabi Muhammad sebagai pendusta, terkena sihir, hingga bodoh dan gila pun mengalir dari lisan-lisan para pemuka Quraisy. Allah mengabadikan sikap orang Quraisy yang merendahkan Nabi Muhammad sebagaimana firman-Nya :
Dan apabila mereka (orang-orang yang beriman) melintas di hadapan mereka, mereka saling mengedip-ngedipkan matanya. Sesungguhnya orang-orang yang berdosa, adalah mereka yang dahulu menertawakan orang-orang yang beriman. Dan apabila kembali kepada kaumnya, mereka kembali dengan gembira ria. Dan apabila mereka melihat (orang-orang mukmin), mereka mengatakan, “Sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang sesat,” (QS. Al-Muthaffifin : 29- 32)
Bahkan mereka menuduh ajaran Muhammad diperoleh dengan belajar kepada anak kecil, sehingga tidak layak untuk diikuti. Bahkan tuduhan gila juga tidak lepas untuk merendahkan pribadi yang dikenal sebagai “Al-Amin” ini. Allah mengabadikan hal itu sebagaimana firman-Nya :
Dan mereka berkata, “Wahai orang yang kepadanya diturunkan Al-Qurān, sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar orang gila. (QS. Al-Hijr : 6) Dan sesungguhnya Kami mengetahui bahwa mereka berkata, “Sesungguhnya Al-Qur
ān itu hanya diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad).” Bahasa orang yang mereka tuduhkan (bahwa Muhammad belajar) kepadanya adalah bahasa Ajam, padahal ini (Al-Qur
ān) adalah dalam bahasa Arab yang jelas. (QS. An-Nahl : 103)
Apa yang mereka lakukan, dengan merendahkan Nabi, tidak lebih kecuali untuk meruntuhkan bangunan nilai-nilai Islam. Salah satu tokoh Quraisy yang mengatakan Islam sebagai agama dongeng, karangan dusta, pernah dilontarkan oleh Nadhar bin Harits. Dia mengatakan bahwa perkataan Muhammad tidak lebih baik dari perkataannya. Setelah kepulangan dari Persia, dia menceritakan kekaguman-kekagumannya terhadap Persia, dan dengan bangga menceritakannya untuk merendahkan nabi Muhammad.
Upaya menjatuhkan mental nabi dan para sahabat itu bukannya melemahkan spirit berpegang pada Islam, para sahabat justru semakin kokoh pada ajaran yang memuliakan mereka. Hal ini terbukti bahwa mereka tidak mundur dan tetap gigih. Pertumbuhan pengikut nabi yang semakin bertambah, membuat mereka meningkatkan serangan dan teror fisik.
Siksaan Fisik : Menjatuhkan Mental
Menstigma buruk terhadap pribadi nabi tidak cukup, orang kafirpun menghancurkan mental Nabi. Dua putri nabi diceraikan suaminya atas perintah Abu Lahab. Dia meminta kepada dua anak laki-lakinya Utbah dan Uthaibah untuk menceraikan istri-istrinya, Ruqayyah dan Ummi Kultsum. Hal ini dilakukan setelah nabi terbuka berdakwah tauhid. Demikian pula apa yang dilakukan ummu Jamil (istri Abu Lahab) dengan melakukan teror. Dia selalu memasang jebakan untuk mencederai atau melukai Nabi. Dia sering memasang jebakan dengan memberi kotoran atau duri di depan rumah nabi ketika malam hari. Terlebih lagi ketika ketika Allah memvonisnya sebagai penghuni neraka, Ummu Jamil semakin marah dan mendatangi Nabi Muhammad untuk memukulnya dengan kayu. Tetapi Allah melindungi Nabi-Nya, sehingga tidak melihat Nabi, padahal beliau berada di samping Abu Bakar.
Ketika nabi Muhammad shalat di Ka’bah, Uqbah bin Abi Mu’ith mendatanginya dan menumpahkan kotoran ari-ari anak unta di punggung nabi saat sujud. Nabi pun tetap dalam keadaan sujud, hingga Fathimah yang masih kecil datang membersihkannya. Saat bangun dari sujud, Nabi pun berdoa “ Ya Allah, balaslah Quraisy, tiga kali.Abu Jahal, Utaibah bin Rabi’ah, Syaibah bin Rabi’ah, Al-Walid bin Utbah, Umayyah bin Khalaf, dan Uqbah bin Abi Mu’ith. Mereka semua mendengar doa Nabi dan reaksi wajahnya pucat. Mereka menyadari doa Nabi bisa menjadi kenyataan, dan doanya dipanjatkan di dean Ka’bah.
Abu Hurairah juga menceritakan bahwa Abu Jahal berniat menginjak leher nabi saat sujud. Ketika mendekat Nabi, dia tiba-tiba mundur sambil tangannya menutupi muka seperti menahan serangan. Maka ketika ditanya mengapa Abu Jahal melakukan hal ini. Maka Nabi mengatakan bahwa andai kata Abu Jahal tidak mundur, maka dia akan dipotong-potong badannya oleh unta besar.
Siksaan yang dialami Nabi juga pernah dilakukan oleh Uqbah bin Abi Mu’ith yang mencekik leher Nabi saat shalat, sehingga Abu Bakar datang menolongnya dan mengatakan apakah kamu akan membunuh orang yang mengatakan Tuhannya Allah.
Stigma, teror dan siksaan yang menimpa Nabi Muhammad tidak lain sebagai ujian sekaligus pembenaran Allah bahwa perlawanan orang kafir bukanlah menolak keberadaan Nabi-Nya tetapi sebagai bentuk penolakan terhadap pengagungan terhadap Allah. Hal ini sebagaimana firman-Nya :
Sungguh, Kami mengetahui bahwa apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu (Muhammad), (janganlah bersedih hati) karena sebenarnya mereka bukan mendustakan engkau, tetapi orang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah. (QS. Al-An’am : 33)
Ketika di puncak kesombongan dan perlawanan terhadap kebenaran itulah, Allah menunjukkan kekuasaan-Nya dengan menghinakan dan menyegerakan siksaan bagi para penolak kebenaran. Hal ini sebagai bentuk pembelaan Allah terhadap nabi-Nya, sekaligus memberi pelajaran bagi pelaku kejahatan yang hatinya telah tertutup terhadapdatangnya kebenaran.
Surabaya, 19 Oktober 2021
Ed. Sudono Syueb