Oleh: Akbar Muzakki dkk
dewandakwahjatim.com – Seperti baru saja kita mengenal dan jalan bersama Cak Tamat Anshory Ismail. Jalannya cepat secepat pikiran dan tindakannya dalam menyelesaiakan masalah yang menghadangnya. Secepat itu pula karya bersama umat telah dibangunnya dengan membawa sejumlah amal untuk dipersembahkan. Ide dan motor gerakan bisa jadi darinya. Tapi beberapa teman memulainya, beliau yang menguatinya dengan semangat jihad beramal jama’i. Tapi beberapa teman memulainya.
Kawan, apalagi lawan bisa diajak ngobrol santai, penuh senyum dan ketawa. Tidak ada ketegangan. Semua bisa selesai saat itu. Ringan, sederhana, dan selalu memberikan solusi bukan polusi. Perbedaan pendapat tak selalu dipaksakan. Realistis, sesuai dengan fakta dan data, serta memberikan jalan kebaikan dan kebenaran. Siapa pun orangnya, beliau mengangkat derajat temannya dan melaksanakan ijtihad kebenaran tersebut. Sekali pun diawali dengan bersitegang urat saraf. Setelah dihasilkan keputusan, maka laksanakan. Tak ada dendam dan memaksakan pendapatnya untuk diterima semua orang yang hadir dalam diskusi maupun musyawarah. Itulah prototype beliau dalam menghargai pendapat orang lain.
Kuatnya silaturrahim mampu membedah kebuntuhan jalan pikiran, hubungan kekeluargaan maupun beda kelompok dan organisasi. Bisa mengayomi siapa dan lembaga mana pun asal di jalan titian kebenaran dan kebersamaan bersama umat.
Tak banyak yang bisa penulis lakukan kecuali mengkoleksi tulisan para sahabatnya yang merasa kehilangan sebagai sosok orang tua, guru, motivator dan tokoh perjuangan umat Islam dan bangsa Indonesia.
Hanya kumpulan tulisan kecil karib kerabat yang bisa kami persembahkan, agar bisa dijadikan ibrah dan kenangan selama bersama-sama menjalani kehidupan di dunia dengan langkah perjuangannya bersama umat.
Kita berharap bisa jumpa dan ketemu dengannya kelak bersama hamba yang beriman dan istiqomah dalam berjuang menegakkan kalimatillah di surganya Allah.
Semoga ada manfaat.
Surabaya, 15 Oktober 2019